Bukti Cinta di Masjid Ramlie Musofa


Salah satu cita-cita sederhana gua sejak lama adalah berkunjung ke masjid yang memiliki arsitektur unik. Bahkan, lima tahun lalu, gua sudah membuat list beberapa masjid dengan arsitektur unik di Indonesia. Ya itung-itung sebagai list masjid mana aja yang akan gua kunjungi nantinya*mengkhayal boleh kan?* 𝩀 

Alhamdulillah, sejauh ini beberapa masjid tersebut sudah pernah gua sambangi, mulai dari Masjid Agung Jawa Tengah yang penuh dengan akulturasi tiga budaya, Masjid Menara Kudus dengan menara yang mirip bangunan candi, Masjid 'Bahtera Nabi Nuh' di Semarang, dan yang terakhir adalah Masjid Cut Meutia dengan fasad yang antimainstream. Kali ini, ada satu masjid lagi yang akan mengisi daftar masjid berarsitektur unik yang sudah gua kunjungi, yakni Masjid Ramlie Musofa yang berlokasi di bilangan Sunter, Jakarta Utara.

***

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk membuktikan rasa cinta kepada pasangan atau keluarga, salah satunya adalah dengan membangun monumen (bangunan) bagi orang terkasih. Salah satu bangunan bukti cinta paling terkenal di dunia adalah Taj Mahal di India. Taj Mahal dibangun oleh Kaisar Mughal Shāh Jahān sebagai sebuah musoleum untuk istrinya, Mumtaz Mahal, yang meninggal dunia setelah melahirkan. 

Tak usah jauh-jauh ke India, ternyata kita bisa melihat 'kembaran' dari Taj Mahal di Jakarta Utara, tepatnya di bilangan Sunter. Di sana, berdiri sebuah masjid megah yang dibangun menyerupai ikon Negeri Para Dewa tersebut. Tujuan pembangunannya juga sama-sama sebagai ungkapan cinta. Ini dia kisah Masjid Ramlie Musofa, monumen bukti cinta dari Utara Jakarta.

Masjid Ramlie Musofa, dilihat dari sisi Danau Sunter.
Salah satu kemiripan lain dari kedua bangunan ini adalah lokasinya yang berada di dekat sumber air.
Jika Taj Mahal dibangun di dekat Sungai Yamuna, Masjid Ramlie Musofa dibangun di tepian Danau Sunter.

Kemasyhuran Taj Mahal telah menginspirasi H. Ramli Rasidin untuk membangun sebuah masjid sebagai monumen bukti cintanya. Ramli Rasidin membangun masjid ini sebagai bukti cinta kepada Allah SWT, Islam, dan keluarganya. Nama ‘Ramlie Musofa’ diambil dari nama masing-masing keluarga H. Ramli. 'Ram' berasal dari nama Ramli dan 'Lie' berasal dari nama Lie Njoek Kim (istri H. Ramli). Sedangkan Musofa merupakan akronim dari nama tiga anak H. Ramli, yakni Mu (Muhammad Rasidin), So (Sofian Rasidin), dan Fa (Fabian Rasidin). 

Masjid Ramlie Musofa tampak depan
Masjid dengan luas 2.000 meter persegi ini dibangun sejak 2011 dan baru diresmikan pada 15 Mei 2016. Sekilas, fasad masjid ini memang mirip dengan bangunan Taj Mahal di India dengan dominasi warna putih. Masjid ini memiliki sebuah kubah besar dengan tipe kubah bawang (dome onion) yang dikelilingi oleh empat kubah kecil. Pokoknya kalau ke masjid ini kalian berasa lagi di Taj Mahal deh.

Netizen : Berasa udah pernah ke Taj Mahal lu, Wa!

Punya impian bangun masjid sejak 1970

Ramli Rasidin merupakan pengusaha keturunan Tionghoa yang menjadi seorang mualaf. Mengutip Republika, Ramli resmi mengucapkan dua kalimat syahadat pada tahun 1964 ketika berusia 19 tahun di Nangroe Aceh Darussalam. 

Masjid dengan nuansa putih marmer ini dibuat dengan perencanaan yang cukup matang. Selama 40 tahun, Ramlie menyimpan mimpinya untuk membangun rumah Allah ini. Barulah di pertengahan Mei 2016 masjid ini rampung dan mimpinya menjadi kenyataan. Tak tanggung-tanggung, sejumlah material bangunan dibawa langsung dari Turki dan Italia. Pualam licin dan bebatuan alam lainnya dibawa secara bertahap. 

Masjid Ramlie Musofa
Di halaman depan masjid ini, terdapat surah Al-Qori’ah yang dipahat di atas batu pualam hitam dengan tinta berwarna emas. Surah Al-Qori’ah ini ditulis dengan tiga bahasa, yakni Mandarin, Indonesia, dan Arab. Surah Al-Qori'ah sendiri menceritakan kedahsyatan hari akhir (kiamat). Sangking dahsyatnya, bahkan gunung-gunung pun berterbangan bagai kapas... *Pulang dari sini auto salat tepat waktu :(*

Memasuki bagunan utama masjid, tepatnya di kanan dan kiri tangga masuk, juga terdapat marmer hitam berukir penggalan surah Alquran lainnya, yakni Surah Al-Fatihah yang juga ditulis dalam tiga bahasa (Mandarin, Indonesia, dan Arab). Adapun pemilihan Surah Al-Fatiha ditujukan sebagai bukti bahwa Islam adalah agama yang damai dan rahmat bagi semesta alam. Di surah ini, Allah Azza wa Jalla menegaskan bahwa diri-Nya merupakan Zat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. 

Surah Al-Fatihah di tangga masuk

Penggunaan bahasa Mandarin dalam penulisan Surah Al-Fatihah ini bukan tanpa alasan. Sang pemilik menginginkan agar penggunaan bahasa Mandarin bisa mempermudah masyarakat beretnis Tionghoa dalam memahami Islam, termasuk juga wisatawan asing yang berkunjung dari Negeri Tirai Bambu tersebut.

Nah, dari tadi kita bahas eksterior dari Masjid Ramlie Musofa. Penasaran gak sih sama isinya?

Tak hanya megah dari luar, masjid ini juga memiliki interior yang megah. Memasuki pintu masuk, pengunjung disambut dengan lampu gantung raksasa bebentuk trapesium. Di pintu masuk terdapat kaligrafi kalimat tauhid yang mengakui Kemahaesaan Allah dan Kerasulan Nabi Muhammad SAW. Gerbang utama pintu masjid ini dibuat melengkung dan cukup tinggi, persis seperti pintu masuk Taj Mahal.

Also Netizen : Berasa udah pernah ke Taj Mahal lu, Wa!

Hiasan di pintu masuk masjid
Sama seperti bagian luar, interior masjid ini juga didominasi warna putih. Di bagian tengah, terdapat kubah berukuran cukup besar yang ditopang oleh delapan buah pilar putih berukuran besar. Di bagian tengah kubah ini dihiasi kaligrafi lafaz Jalalah. Bagian mimbar dan mihrab (tempat imam memimpin salat) masjid ini dihiasi kaca patri minimalis. Lagi-lagi, bagian mimbar ini tertulis ayat-ayat dari Surah Al-Fatihah, yang ditulis dalam tiga bahasa, yakni Arab, Bahasa Indonesia, dan Mandarin.

Bagian dalam Masjid Ramlie Musofa
Karena strukturnya yang tinggi, sirkulasi udara di dalam Masjid Ramlie Musofa cukup lancar. Ademmmmm
Pintu timur Masjid Ramlie Musofa

Masjid Ramah Kaum Difabel dan Lansia

Selain megah, masjid yang terdiri atas tiga lantai ini juga ramah terhadap kaum difabel dan lansia. Lantai dasar merupakan tempat wudu, yang didesain ramah terhadap kaum difabel dan lansia. Setiap keran wudu-nya diberi tempat duduk yang memudahkan kaum difabel untuk bersuci. Lantai dasar merupakan tempat salat khusus jamaah wanita, sedangkan lantai kedua dan ketiga merupakan ruang salat bagi jamaah pria. Nah, masjid ini juga menyediakan lift untuk kawan-kawan difabel dan lansia, yang menghubungkan lantai dasar dengan lantai kedua dan lantai kedua dengan lantai ketiga.  

Lantai dua Masjid Ramlie Musofa

Tidak seperti kebanyakan masjid lainnya di Jakarta, Masjid Ramlie Musofa tidak memiliki pengeras suara eksternal. Ketika masuk waktu salat, azan hanya dikumandangkan lewat pengeras suara di dalam lingkungan masjid. Hal ini untuk menghormati warga di lingkungan komplek Sunter yang mayoritas beragama non muslim. 

Tempat bedug, berada di selasar depan ruangan salat utama

****

Akhir kata, keunikan Masjid Ramlie Musofa ini bisa kalian jadikan alternatif wisata religi di Jakarta. Akses jalan ke masjid ini relatif mudah. Lokasinya berada di Jalan Danau Sunter Raya Selatan Blok I / 10 No.12 C – 14 A, Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kalian bisa menjadikan Wisma Atlet Kemayoran sebagai patokan. Gua yang buta peta aja bisa kok nyampe ke sini 🤣.

Masjid ini juga cukup aksesibel dengan transportasi umum. Jika kalian menggunakan TransJakarta rute PGC-Tanjung Priok, kalian bisa turun di halte Sunter Kelapa Gading kemudian disambung naik ojek. Kalian juga bisa ambil rute Pluit-Tanjung Priok dan turun di halte Danau Agung dan dilanjut menggunakan ojek. Sebenernya bisa jalan kaki sih, tapi lumayan gempor WKWK.

Untuk yang biasa menggunakan Commuter Line juga tidak perlu khawatir pemirsah. Kalian bisa turun di Stasiun Kemayoran dan bisa dilanjut dengan ojek. Lagi-lagi, sebenernya bisa jalan kaki sih, tapi ya lumayan gempor...

Tidak lupa, masjid Ramlie Musofa juga menerapkan protokol kesehatan bagi pengunjung. Pengunjung yang datang wajib memakai masker, dicek suhu tubuhnya, dan wajib mencuci tangan sebelum masuk ke areal masjid. 

H. Ramli Rasidin sendiri telah kembali ke pangkuan Ilahi pada 31 Agustus 2020 silam. Sang dermawan ini mengembuskan napas terakhirnya pada usia 75 tahun. Masjid ini pun akhirnya menjadi saksi bisu perjalanan iman dan pembuktian cinta seorang Ramli Rasidin. Yuk, kita doakan semoga amal ibadah almarhum diterima di sisi Allah SWT. Dan semoga masjid ini bisa menjadi amal jariah yang tiada putusnya bagi almarhum. Aamiin.. 

Dan doa-doa itu, apa artinya dia kalau bukan gerakan dari minus ke plus? Tahu kau apa artinya doa? Permohonan pada Tuhan, gerakan dari yang paling minus pada yang paling plus.

― Pramoedya Ananta Toer

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.