Jalan-jalan Virtual : Menjelajahi Eksotisme Kota Lama Semarang



Sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi Corona (Covid-19). Hotel, penginapan, dan wisma sempat dilarang beroperasi. Beberapa tempat dan objek wisata ditutup. Masyarakat pun dilarang untuk berkerumun dan berkumpul di luar rumah demi memutus mata rantai penularan Covid-19.

Hal inilah yang dirasakan oleh Bersukaria Walking Tour, salah satu penggagas wisata jalan kaki di Semarang. Beberapa agenda walking tour yang biasanya dilakukan di 'lapangan' dengan berat hati harus dibatalkan. Sebab, Pemerintah Kota Semarang memberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) dan menutup beberapa objek wisata di Kota Lunpia tersebut.

Seakan tidak kehilangan akal, para insan kreatif inipun memutar otak. Bagaimana caranya para pelancong bisa merasakan ‘jalan-jalan’ tetapi tanpa harus berkerumun dan keluar rumah. Terciptalah konsep jalan-jalan virtual dengan menggunakan aplikasi zoom dan Google Street View. 

Berhubung tanggal 1 Juni 2020 kemarin bertepatan dengan hari libur nasional sekaligus ingin melepas rindu dengan Kota Semarang, gua memutuskan untuk ikut virtual tour ala Bersukaria dengan rute Kota Lama. Daaaan yang uniknya adalah, pemandu dan story teller dalam jalan-jalan virtual kali ini akan dipandu oleh Nurmalita alias Litak yang merupakan teman satu jurusan gua waktu kuliah di Universitas Diponegoro. Dunia memang sempit ya! Dulu jadi perserta tour eh sekarang malah jadi tourguide-nya. Litak ini merupakan orang yang berjasa mengenalkan gua dengan Bersukaria Walking Tour sewaktu gua kuliah dulu *duh jadi pengen kuliah lagi HAHA.

Gua sempat ikut walking tour dengan Bersukaria ke beberapa rute, seperti Radja Goela, Pecinan, dan Candi Baroe. So, ini adalah kali keempat gua ikut jalan-jalan by Bersukaria Walking Tour. Tetapi, ini akan menjadi kali pertama gua jalan-jalan tanpa harus berkeringat. So, ini dia beberapa kisah menarik dari Kota Lama Semarang, The 'Little Nederland'. 

Kota Lama
*Karena ini adalah jalan-jalan virtual, jadi foto-foto di postingan ini sebagian besar diambil dari Google Street View. Sebagian lagi diambil dari arsip foto lawas, dan sebagian dari dokumentasi pribadi sewaktu kuliah di Semarang.

Seperti yang gua jelaskan di atas, jalan-jalan virtual kali ini akan menempuh rute Kota Lama Semarang, yang merupakan salah satu destinasi wisata wajib apabila kalian bertandang ke Kota ATLAS ini. Singkat cerita, Kota Lama Semarang berawal dari posisi strategis Semarang yang berada di pesisir utara Pulau Jawa yang mengundang hasrat Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) untuk menguasai wilayah ini.

Berdasarkan perjanjian dengan Amangkurat II pada 19-20 Oktober 1677 dan 15 Januari 1678, VOC mendapat izin untuk mendirikan kawasan koloni di lokasi yang dekat dengan rumah bupati dan berada di tepi Kali Semarang. Karena letak Semarang lebih strategis bagi VOC untuk berhubungan dengan Kerajaan Mataram di Kartasura, VOC kemudian memindahkan kedudukan kantor (ibukotanya) dari Kabupaten Jepara ke Semarang sejak tahun 1708. 

Objek pertama yang kami kunjungi adalah taman paling masyhur se-Kota Lama, apalagi kalau bukan Taman Srigunting. Taman rindang yang berada di sebelah timur Gereja Blenduk ini ternyata dahulu bernama 'Paradeplein" atau dalam bahasa Indonesia bermakna ‘Lapangan Parade’. 

Taman Srigunting
*bjir mukanya disensor
Kenapa disebut Paradeplein? Usut punya usut, ternyata dahulu taman ini merupakan tempat bagi para tentara Belanda untuk berkegiatan militer, mulai dari latihan baris-berbaris, melaksanakan upacara, dan latihan militer lainnya.

Kenampakan Taman Srigunting saat masih menjadi Paradeplein
Perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi ikon Kota Lama Semarang, yakni Gereja Blenduk. Nama resmi dari gereja ini adalah Gereja Protestan di Indonesia Barat (GPIB) Immanuel. Dari namanya kita sudah bisa menebak bahwa gereja ini diperuntukkan untuk umat Protestan. Disebut gereja Blenduk karena bangunan ini memiliki kubah setengah lingkaran yang oleh masyarakat Jawa disebut ‘blendhuk’. Oleh orang Belanda, gereja ini disebut ‘koepelkerk’ yang juga bermakna ‘gereja berkubah’ (Koepel = kubah, kerk = Gereja).

Gereja Immanuel (Gereja Blenduk) dari waktu ke waktu
Masyarakat Semarang mesti berbangga karena gereja ini merupakan gereja tertua di Jawa Tengah. Gereja ini dibangun pada 1753 dengan Johannes Wilhelmus Swemmelaar yang bertugas sebagai pendeta pertama dari 1753 – 1760. Awal mula pembangunan, Gereja Blenduk tidak memiliki menara seperti yang kita lihat saat ini. Kedua menara baru ditambahkan pada saat renovasi tahun 1894.

Koepelkerk dan Paradeplein

Baca Juga : Gereja Blenduk, Kemegahan Arsitektur Peninggalan Belanda

Masih di sekitar Gereja Blenduk, terdapat satu gedung dengan dominasi warna merah hati yang bernama Gedung Marba. Marba merupakan akronim dari orang yang menginisiasi pembangunan gedung ini, yakni MARta BAdjunet. Marta Badjunet adalah seorang saudagar kaya yang berasal dari Yaman. Dahulu, gedung eksotis ini berfungsi menjadi kantor sebuah perusahaan pelayaran Ekpedisi Muatan Kapal Laut.

Gedung Marba
Melipir ke seberang Gereja Blenduk, terdapat bangunan ikonik Kota Lama lainnya, yakni Gedung Asuransi Jiwasraya. Sebelum berubah menjadi gedung Asuransi Jiwasraya, ternyata gedung ini merupakan gedung perusahaan asuransi milik Belanda bernama Nederlandsch Indiesche Levensverzekering en Liffrente Maatschappij (NILLMIJ) yang didirikan pada 1859 dan merupakan perusahaan asuransi jiwa pertama di Indonesia (Hindia Belanda).

Gedung Jiwasraya memiliki denah letter ‘L’ dan memiliki ketinggian berbeda. Konon, semua gedung bekas NILMIJ di Hindia Belanda (kecuali yang ada di Bandung) memiliki bentuk yang serupa. Ciri khas bangunan bikinan Karsten adalah adanya ornamen kaca patri.
Gedung ini diarsiteki oleh Herman Thomas Karsten, seorang arsitek kenamaan berkebangsaan Belanda. Selain Gedung Jiwasraya, hingga kini kita masih bisa melihat karya tangan ajaib Karsten di Semarang, mulai dari Rumah Sakit Santa Elizabeth, Taman Diponegoro, Pasar Johar, Pasar Jatingaleh, Resto Goodfellas, hingga kawasan permukiman Candi Baru yang kala itu menjadi pemukiman khusus kalangan elit. *NB : Jika kalian ingin tahu lebih lanjut mengenai bangunan peninggalan Karsten, kalian bisa ikut Bersukaria rute Candi Baroe.

Gedung NILLMIJ tempo dulu.
Gak banyak perubahan, ya?
Selain menyandang predikat gedung asuransi pertama di Hindia Belanda, gedung Jiwasraya juga memiliki satu keistimewaan lain. Gedung ini tercatat sebagai gedung pertama di Indonesia yang memiliki lift lhoooooo. Luar biasaaaa... Namun, saat ini kondisi liftnya sudah rusak dan tidak diperbaiki.

Netizen : Lho, kok ga diperbaiki, Wa? Kan bisa jadi cagar budaya!
Me : Litak said, harga renovasinya mahal cyiiin. Bisa sampe miliaran rupiah.


Netizen be like
Bangunan selanjutnya yang kami sambangi adalah Restoran Ikan Bakar Cianjur (IBC). Fungsi awal bangunan ini adalah Kantor Pengadilan (Rad Van Justitie) dan didirikan pada tahun 1760. Konon, bangunan ini merupakan bangunan tertua kedua di Kota Lama Semarang setelah Gereja Blenduk.

Jika melihat secara detil, bangunan ini dirancang dengan gaya khas Eropa, yakni dengan tembok yang super tebal dan jendela yang super lebar. Jendela yang lebar dimaksudkan untuk menyerap sinar matahari sedangkan dinding yang tebal dimaksudkan untuk menyimpan panas ketika malam hari. Maklum, malam hari di Belanda sangatlah dingin.

Tetapi, kayaknya si arsitek ini lupa bahwa Semarang berada di Indonesia yang merupakan negara beriklim tropis. Jendela yang luebarrrrrr ditambah tembok yang teballlll membuat hawa di gedung ini panas dan pengap. Alhasil, gedung ini jadi semacam gedung yang indah di tempat yang salah (?). Terlepas dari desainnya yang sedikit ‘keliru’, Gedung IBC ini menjadi salah satu bangunan paling terawat di Kawasan Kota Lama.

Ikan Bakar Cianjurrrrrrrr. Tebal dinding bangunan ini bervariasi antara 25 cm - 35 cm.
(selama kuliah di Semarang, belum kesampaian makan di sini)

Litak lalu membawa kami ke salah satu spot foto paling terkenal lainnya, yakni rumah akar. Disebut rumah akar karena rumah tua tersebut dililit oleh akar pohon sehingga menimbulkan kesan ‘angker’ sekaligus unik. 

Rumah akar, circa 2017.
Karena keunikannya, rumah akar ini sering dijadikan lokasi foto pra-wedding

Letak rumah akar ini cukup ‘tersembunyi’ karena terletak di jalan sempit (Jalan Roda II) yang menghubungkan Jalan Letjen Suprapto dengan Jalan Kepodang. Dulu sebelum revitalisasi Kota Lama gencar dilakukan, kawasan rumah akar ini konon menjadi tempat sabung ayam. Namun tenang, sekarang rumah akar ini sudah steril, aman, dan pastinya sangat memanjakan mata. 

Salah satu spot paling 'instagramable' se-jagad Kota Lama, yakni rumah akar. Tempat ini pernah menjadi lokasi syuting salah satu film tersukses di tanah air, yakni Ayat-Ayat Cinta.
Ini foto w tahun 2017.


Trivia : Kota Lama dalam Budaya Populer


Film 'Ave Maryam' (2018) yang mengambil latar tempat Semarang tahun 1998
Eksotisme Kota Lama Semarang telah menarik beberapa sutradara kenamaan tanah air untuk menjadikan tempat ini sebagai latar belakang filmnya. Selain film 'Ayat-Ayat Cinta', Kota Lama juga pernah menjadi lokasi film seperti 'Ave Maryam' (2018), 'Soe Hok Gie' (2005), 'Soekarno : Indonesia Merdeka' (2013), 'Sang Kiai' (2013), 'Soegija' (2012), hingga 'Tanda Tanya' (2011).

Sebenernya masih banyak buangett gedung-gedung bersejarah di Kota Lama yang dijelaskan Litak. Sangking banyaknya, saya sampe lupa WKWKWK. Maklum, kelamaan karantina di rumah, otak jadi jarang dipake (?). Tapi, gua masih inget beberapa gedung-gedung bersejarah yang dijelaskan Litak, salah satunya adalah Gedung Bank Mandiri atau yang dulunya bernama Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM). Gedung ikonik ini dibangun pada tahun 1908 dan terletak di Jalan Mpu Tantular atau dulunya bernama Westerwalstraat.

Gedung Bank Mandiri Mpu Tantular
Bangunan yang jendelanya sekilas mirip jendela Lawang Sewu ini didesain oleh biro arsitek Amsterdam Jacob F. Klinkhammer pada tahun 1907. Tidak heran, karena Jacob jugalah yang menjadi arsitek Lawang Sewu. Nah, meski didapuk sebagai arsitek beberapa bangunan di Semarang (seperti Lawang Sewu dan Gedung Bank Mandiri), namun Jacob tidak pernah sekalipun menginjakkan kakinya ke Hindia Belanda.

Tidak hanya di Kota Lama Semarang, kita juga bisa menemukan ‘kembaran’ dari Gedung Bank Mandiri Mpu Tantular, yakni Museum Bank Mandiri yang terletak di kawasan Kota Tua Jakarta. Sama dengan Gedung Bank Mandiri Mpu Tantular, Museum Bank Mandiri di Jakarta juga merupakan bekas Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM). Jika kalian berkesempatan berkunjung ke Museum Mandiri, jangan lupa untuk melihat kaca patrinya yang sangat unik dan legendaris.

Baca Juga :


Pecinan Semarang, Dulu dan Sekarang


Berkunjung ke Museum Nasional, Tak Cukup Sekali


Menjadi Saksi Kemegahan Gereja Katedral Jakarta

Nah, di dekat Gedung Bank Mandiri Mpu Tantular, terdapat sebuah jembatan legendaris yang menghubungkan Jalan Pemuda dengan Jalan Mpu Tantular, yakni Jembatan Mberok, yang melintang di atas Kali Semarang. Kata Mberok sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Belanda, yakni Burg atau ‘jembatan’. Karena lidah orang Jawa sulit untuk melafalkan bahasa Belanda, lama – kelamaan kata ‘Burg’ berubah menjadi ‘Berok’ atau ‘Mberok’. Berarti Jembatan Mberok artinya Jembatan Jembatan dong ya (?)

Gedung Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) dan Jembatan Mberok tempo doeloe
Nah, Kali Semarang inilah yang dulu menjadi urat nadi perekonomian Semarang. Kala itu transportasi sungai sangat berperan untuk membawa kebutuhan sehari-hari maupun barang-barang perdagangan. Hal ini lah yang kemudian membuat Semarang juga dijuluki sebagai Venice van Java, karena kala itu aktivitas perdagangan di Semarang bertumpu pada sungai, kanal-kanal, dan pelabuhan. Kapal barang yang berlayar bisa memasuki kota melalui Kali Semarang.

Salah satu bukti kejayaan Semarang sebagai kota pelabuhan adalah Menara Syahbandar Semarang, atau dikenal dengan Menara Sleko. Letaknya di pinggir Kali Semarang, dekat Bank Mandiri Mpu Tantular. Menara dengan nama asli Kleine Boom en Uitkijk tersebut berfungsi sebagai pelabuhan kecil yang dilengkapi sebagai menara pandang untuk mengatur bongkar muat pedagang kecil.

Menara Sleko (circa 2017).
Kabar terakhir menara ini dalam tahap renovasi
Perjalanan dilanjutkan menuju sebuah pabrik rokok paling masyhur se-antero Semarang, yakni pabrik rokok Praoe Lajar (jadi inget lagu Prau Layar yang biasa diputer di kondangan 🤣). Sebelum menjadi pabrik rokok, gedung yang dibangun pada 1904 ini pernah menjadi kantor administrasi Maintz & Co, sebuah perusahaan penyedia jaringan listrik Hindia Belanda. Berdiri lebih dari 1 abad, tidak ada yang banyak berubah dari fasad dan bentuk bangunan ini.

Pabrik Rokok Praoe Lajar
Mungkin bagi sebagian perokok, merk rokok praoe lajar ini masih asing terdengar di telinga. Ya memang, karena rokok ini merupakan ‘rokok’ lokal yang hanya dipasarkan di beberapa kota/kabupaten di wilayah pantai utara Jawa (Pantura), seperti Semarang, Pekalongan, Tegal, hingga Cirebon.

Buat yang kepo gimana bentuk dari rokok legendaris ini, nih w kasih gambarnya.
Monggo para ahli hisap, kalian wajib mampir ke pabriknya langsung buat cobain rokok ini.

Perjalanan belum selesai, kami melipir ke salah satu resto yang namanya mungkin sudah tidak asing lagi bagi para pelancong, yakni Restoran Pringsewsu. Restoran ini terletak di Jalan Suari dan menempati gedung bekas peninggalan Oei Tjie Sin, ayah dari raja gula yang pernah menjadi orang terkaya se-Asia Tenggara, yakni Oei Tiong Ham.

Restoran Pringsewu
Dibangun pada Maret 1862, gedung ini awalnya menjadi kantor N.V Handel Matschappij Kian Gwan, sebuah firma dagang yang awalnya menjadikan opium (candu) sebagai komoditas dagang (kala itu opium masih menjadi barang legal di Hindia Belanda). Namun, perusahaan ini kemudian meluaskan bidang usaha ke perdagangan berbagai jenis komoditas lain, salah satunya gula. Komoditas gula ini lah yang melejitkan nama Oei Tiong Ham sehingga ia pernah dijuluki sebagai ‘The Richest Man Between Shanghai and Melbourne” oleh harian Surat kabar De Locomotief.

Baca Juga :


Menelusuri Jejak Oie Tiong Ham si Radja Goela


Wisata Murah Meriah ke Jogjakartar


Melihat Lebih Dekat Kelenteng Tay Kak Sie

Salah satu peninggalan kajayaan Oei Tiong Ham yang masih bisa kita lihat di dalam resto ini adalah brankas tempat penyimpanan uang dan harta benda Oie Tiong Ham semasa ia hidup. Kebayang gak tuh hartanya orang yang pernah jadi orang terkaya diantara Shanghai dan Melbourne *dah gak usah dipikirin ya guys nanti pusing sendiri 😭* 

Apakah perjalanan sudah berakhir? Oh, tentu belum! Kali ini Litak membawa kami menuju sebuah gedung pertunjukan bersejarah di Kota Lama, yakni Gedung Marabunta. Gedung ini awalnya bernama Schouwburg, yang dalam bahasa Belanda memiliki arti gedung pertunjukan atau teater. Dinamakan 'Marabunta' karena di ujung atap gedung ini terdapat dua patung semut Marabunta, salah satu jenis semut paling berbahaya di dunia.

Gedung Marabunta dengan ciri khas patung semut di kedua ujung atapnya
Tidak diketahui persis kapan gedung ini dibangun. Namun, para arkeolog memperkirakan gedung Shouwbrug dibangun setelah pembongkaran benteng Kota Lama pada tahun 1824, sejalan dengan pengembangan kawasan permukiman di Kota Semarang dan Jalan Pos Daendels. Konon, R.A Kartini dan saudara-saudara perempuannya pernah datang dan menyaksikan pertunjukan di gedung ini tanpa pengawasan ketat dari orang tua. 

Salah satu bintang legendaris di Gedung Marabunta adalah Mata Hari. Mata Hari merupakan nama panggung dari Margaretha Geertruida "Grietje" Zelle, yang pernah menjadi penari ‘panas’ paling popular di masanya. Wanita yang lahir pada 1876 ini pernah menjadi agen mata-mata Jerman serta mengorek rahasia dari para perwira Sekutu yang ‘menidurinya’ dan meneruskan informasi itu ke atasannya. Kejahatan inilah yang membuat Mata Hari dihukum mati pada 1917.

****

Itulah sepenggal pengalaman jalan-jalan virtual keliling Kota Lama Semarang. Cukup seru ya. Lumayan buat mengobati rindu ke Kota Lunpia ini... Dan ternyata cukup banyak perubahan di Kota Lama. Trotoar mulai dirapihkan, gedung-gedung tua mulai banyak yang direnovasi, ornamen-ornamen klasik juga mulai banyak ditambahkan, tapi kayaknya panasnya tetep ajib ya WKWKW. Buat kalian yang pengen merasakan sensasi jalan-jalan virtual keliling Kota Semarang, kalian bisa pentengin Instagram resmi Bersukaria di @Bersukariawalk karena ada rute yang berbeda setiap minggunya. *Team Bersukaria ga ada yang mau endorse saya nih? HAHAHA*





Daaan tentunya kita berharap pandemi ini cepat berlalu agar kita semua bisa beraktivitas kembali seperti semula, termasuk jalan-jalan. Aamiin...



Travelling—it leaves you speechless, then turns you into a storyteller
-Ibnu Batutah


*Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan, baik tempat, nama tokoh, maupun waktu kejadian. 

8 komentar:

  1. Wahhhhhh shock hamba tiba2 udah dotcom aja nih blognya wkwk so proud of you dew! Thankyou atas ulasannya dew, semoga kita bisa jalan2 bareng lagi yaak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. WKWKW shock jare 😂. Siapp ditunggu jalan2 virtual edisi lainnya. Kapan lagi jalan2 tapi ga keringetan sama sekali ya khannn.

      Hapus
  2. Terimakasih kak sudah nulis tentang artikel ini. sangat membantu banget setelah membacanya.
    jangan lupa kunjungi website kami yang di tidak kalah menarik juga ya dibawah ini
    Berikut link Harga Tiket wisata dari beberapa tempat wisata di indonesia .
    Virtual Tour Indonesia

    Harga Tiket agung fantasi waterpark

    Harga Tiket Taman Legenda Keong Mas

    Harga Tiket The Lodge Maribaya

    Virtual Tour Indonesia

    Harga Tiket watersplash darmawangsa

    Harga Tiket rinjani waterpark

    Harga Tiket Go splash panjibuwono

    BalasHapus
  3. wahh lengkap juga ni informasi nya, sertain juga dong tentang promo promo dan kalau untuk budidaya udang vaname ada nggak? sama paket internet unlimited termurah tanpa kuota

    BalasHapus
  4. Borgata Hotel Casino & Spa, Atlantic City - MapYRO
    This is a casino hotel in Atlantic City. It 인천광역 출장마사지 offers modern accommodations with a full casino. This hotel features a 창원 출장마사지 full casino and 속초 출장안마 several restaurants  용인 출장샵 Rating: 7.2/10 · ‎12 원주 출장샵 votes

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.