Keberagaman Jawa Tengah di Puri Maerokoco


Setelah mengunjungi Vihara Buddhagaya Watugong, gue dan Cepot meluncur ke destinasi berikutnya, yakni Puri Maerokoco. Kunjungan ke Puri Maerokoco ini bersifat insidental alias tidak direncanakan sebelumnya. Mumpung libur, hehe. Setelah searching google mengenai lokasinya, ternyata lokasinya berada di Jalan Anjasmoro, sekitar 5 Km dari Tugu Muda. Karena tidak mau tersesat, kami menggunakan layanan GPS.

Pintu masuk Puri Maerokoco
Beberapa waktu yang lalu saat pergi ke Semarang Art Gallery, Gue dan cepot tersasar ke Pelabuhan Tanjung Emas, Hal serupa terulang ketika kami dalam perjalanan menuju Puri Maerokoco. Kami kembali kesasar. Tak tanggung-tanggung, kami kesasar ke Bandara Ahmad Yani -_-. Wow! Mungkin di perjalanan kami berikutnya, Cepot akan membawa gue ke Terminal Mangkang (?) Haha. Karena letaknya yang dekat dengan pelabuhan, maka di sepanjang jalan menuju Puri Maerokoco banyak mobil-mobil ukuran besar yang berlalu lalang. Jadi, hati-hati ya.

Baca Juga : Semarak Kemeriahan Semarang Night Carnival 2017

Kami tiba di lokasi sekitar pukul 11.00. Di sana kami langsung membeli tiket masuk. Harga tiket masuknya cukup murah, yakni Rp7000 pada hari biasa dan Rp8000 pada hari libur. Setelah membeli tiket, kami langsung masuk ke dalam.

Ternyata, tempat ini sangaat sepi pengunjung. Ya. Ketika gue masuk ke dalam, hanya ada beberapa anak muda yang berkunjung. Padahal waktu itu sedang libur nasional. Gue berpikir bakalan penuh, eh gak taunya malah sepi. Dan yang anehnya lagi, kebanyakan yang berkunjung ke Puri Maerokoco adalah anak muda. Jarang gue liat orang tua yang membawa anaknya.

Anjungan Kudus
Anjungan Demak
Anjungan Klaten
Patung mbok Jamu dan Pak Tani
Konsep dari Puri Meorokoco ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan konsep Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta. Menampilkan berbagai macam kebudayaan namun dengan ruang lingkup yang lebih sempit, terbatas hanya wilayah Jawa Tengah. Oleh karena itu, Puri Maerokoco juga sering disebut Taman Mini Jawa Tengah. Nama Puri Maerokoco diambil dari salah satu bagian epik Mahabarata yang menceritakan tentang keinginan salah seorang dewi untuk memiliki seribu bangunan hanya dalam waktu satu malam. Puri ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 31 Juli 1993. Pembangunannya sendiri diresmikan oleh Gubernur Ismail pada tahun 1980.


Prasasti Peresmian oleh Presiden Soeharto
Di Puri Marokoco terdapat anjungan dan miniatur rumah adat dari 35 Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah. Di dalam rumah-rumah tersebut dipajang hasil–hasil industri dan kerajinan yang diproduksi oleh masing–masing daerah. Di dalam anjungan juga terdapat display pakaian adat dan potensi pariwisata dari masing-masing daerah. Di depan rumah adat biasanya terdapat miniatur yang menjadi ikon kota/kabupaten tersebut. Seperti misalnya Kota Tegal yang terkenal sebagai Kota Bahari, maka di depan anjungan Kota Tegal terdapat tugu Jangkar

Baca Juga : Merasakan Bali yang Sesungguhnya di Desa Tenganan Pegringsingan

Anjungan Kota Tegal
Selain menampilkan rumah– rumah adat, objek wisata ini dilengkapi juga dengan fasilitas rekreasi air seperti sepeda air, perahu, juga kereta bagi pengunjung. Namun sepertinya fasilitas rekreasi air seperti perahu bebek dan sepeda air sudah tidak berfungsi lagi.

Danau di Puri Maerokoco
Selain menampilkan miniatur rumah adat dari kabupaten/kota se-Jawa Tengah, di Puri Maerokoco juga terdapat miniatur bangunan peninggalan sejarah, seperti miniatur Candi Sukuh, Miniatur Menara Kudus, Miniatur Masjid Demak, miniatur candi Pawon, dan Miniatur Candi Borobudur. Puri ini mencakup areal seluas 23.38 hektar. Saran aja sih, kalo gak mau kulitnya belang, jangan lupa pakai jaket atau bawa payung kalau lagi musim kemarau, karena di puri ini pepohonannya cukup jarang.

Puri Maerokoco ini bisa menjadi alternatif wisata untuk mengisi liburan. Karena selain murah meriah, kita juga bisa belajar tentang keberagaman Budaya khususnya di Jawa Tengah. Siapa lagi yang akan mewarisi budaya kita selain kita sendiri? Jadi, tunggu apa lagi, Ayo kunjungi Puri Maerokoco, Taman Mini-nya Jawa Tengah!

Setelah berkeliling selama hampir 2 jam, gue dan Cepot lalu duduk di tepian danau. Danau ini dikelilingi oleh hutan bakau yang cukup rindang. Setelah melepas penat, kami pun pulang dan melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya. HAH? Masih Ada Lagi??!

Perjalanan kami lanjutkan dengan mengunjungi sebuah landmark baru Kota Semarang. Apakah itu? Tunggu di postingan selanjutnya.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.