kampus
lain
redaksiana
Hal-hal ini Akan Dialami Mahasiswa Yang Baru Merantau
Tuntutlah
ilmu sampai ke negeri Cina. Mungkin kita sudah tidak asing dengan pepatah itu.
Sangking pentingnya ilmu, bahkan kita harus rela mengejarnya ke tempat yang
jauh. Keadaan ini membuat kita kita harus merantau, suka atau tidak suka. Dan
ketika awal-awal merantau pasti membuat kita belum terbiasa dengan lingkungan
dan kondisi yang baru. Inilah hal-hal yang akan dialami mahasiswa yang baru
merantau
1. Kangen
Masakan Rumah
Makanan menjadi kebutuhan dasar manusia selain
rumah dan pakaian. Jika di rumah kita biasa memakan masakan rumah (buatan ibu),
maka di perantauan kita harus siap-siap kangen masakan rumah. Karena dipastikan
setiap hari kita akan
memakan makanan 'warung' yang notabene nya adalah masakan orang lain.
Homesick
berasal dari kata "Home" (rumah) dan "Sick" (sakit). Jadi Homesick sendiri dapat diartikan sebagai
Rumah sakit (?). Haha Gak deng. Homesick berarti sakit yang disebabkan oleh
perasaan kangen rumah. Gejala-gejala yang timbul biasanya hanya demam, batuk,
pilek, atau meriang. Homesick biasanya dialami oleh mahasiswa yang baru saja
merantau. Biasanya mereka 'kaget' dengan kebiasaan di kost-an yang apa-apa
harus dilakukan sendiri. Nyuci baju sendiri, setrika baju sendiri, makan
sendiri, sakit pun sendiri.
Pengalaman pribadi, homesick hanya akan terjadi paling lama
sebulan setelah 'hijrah' ke perantauan. Saat kalian sudah punya teman dan
kesibukan baru, Homesick akan hilang dengan sendirinya.
3. Sulit
beradaptasi
Lain
ladang lain belalang. Hijrah dari kampung halaman akan membuat mahasiswa rantau
tinggal di tempat yang dari segi geografis dan kultur cukup berbeda. Contohnya,
mahasiswa asal Jakarta yang merantau ke Semarang maupun mahasiswa Semarang yang
merantau ke Jakarta. Dari segi kultur, Semarang dan Jakarta sudah sangat
berbeda. Di Jakarta, mungkin sudah biasanya dengan sapaan "Gue" dan
"Lo". Tapi di Semarang, sapaan
tersebut terkesan 'kasar' dan 'songong'.
Dari segi makanan, makanan di Semarang
didominasi rasa manis (karena kultur Jawa). Sementara makanan di Jakarta sudah banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan dari seluruh dunia. Awalnya memang sulit beradaptasi, tapi kita
harus ingat bahwa kita-lah yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan,
bukan sebaliknya. Ingat, di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung.
Hidup merantau mau tidak mau
menjadikan kita sebagai manajer keuangan untuk diri sendiri. Kita dituntut
untuk sepandai mungkin mengelola uang yang diberikan orang tua. Namun, rasa
kuriusitas (ingin tahu) manusia menuntut untuk mencoba hal-hal baru. Alhasil
mahasiswa yang baru merantau sering 'membuang' uangnya untuk mencoba hal-hal
baru. Belum lagi keperluan-keperluan lainnya seperti membeli buku pelajaran.
Yang terjadi kemudian adalah uang bulanan yang habis sebelum waktunya. Kalau
sudah begini, lalu bagaimana?
5. Saat Masalah
Datang, Kita Tidak Tahu Harus Cerita pada Siapa
Manusia memang tak luput dari
masalah. Saat masalah datang biasanya orang akan mencari teman untuk
mencurahkan isi hati (curhat). Masalah justru lebih banyak datang awal-awal
kuliah. Seperti kurang mengerti pelajaran atau bahkan urusan percintaan. Teman
dekat adalah pelarian untuk masalah ini. Namun, mereka sudah sibuk dengan
urusan masing-masing. Curhat ke teman baru? Boro-boro. Punya saja belum. Curhat
ke orang tua? Bisa. Tapi akan lebih 'ngena' apabila bertatap muka langsung.
Kalau sudah begini, bingung bukan? Tapi tenang, seiring waktu berjalan kita
pasti akan menemukan teman yang bisa dipercaya untuk meluapkan isi hati kita.
6. Pasti Sering
Kesiangan
Sebelum merantau mungkin kita
sering mengandalkan orang tua untuk membangunkan kita dari tidur selain alarm.
Tapi ketika di perantauan, kita tidak mungkin mengandalkan orang tua untuk
membangunkan kita. Satu-satunya yang dapat diandalkan adalah alarm. Tapi
seringkali alarm tidak cukup untuk membuat kita terbangun. Alhasil, telat deh 🤣
7.
Awalnya Sulit Dapat Teman Yang Cocok
Ada yang mengatakan bahwa teman
adalah cerminan diri. Sehingga kita akan berusaha untuk mencari teman yang
'sesuai' dengan kepribadian kita. Tapi, pada awal-awal perkuliahan tentu sangat
sulit mencari teman yang sesuai. Mulanya kita akan mencari teman yang berasal
dari daerah yang sama. Tapi seiring berjalannya waktu, kita akan membaur dengan
semua teman apapun latar belakang mereka.
8. Orang Tua
dan Kerabat pasti akan sering menelpon
Berada
jauh dari rumah membuat kita sering dikhawatirkan orang tua. Satu-satunya cara
termudah untuk mengetahui keadaan kita adalah dengan menelpon. Alhasil.
frekuensi telpon dari orang tua akan jauh lebih sering saat kita merantau
dibanding kita saat masih tinggal di rumah. Namun percayalah, orang tua
melakukan itu karena rasa sayangnya terhadap kita.
***
Itulah
beberapa hal yang mungkin dialami oleh mahasiswa yang baru saja merantau.
Segalanya memang terasa sulit di awal. Tetapi seperti peribahasa "Alah
Bisa Karena Biasa", segala sesuatu yang awalnya sulit lama kelamaan pasti
akan menjadi mudah.
Merantaulah! Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan hidup di negeri asing (di negeri orang)
-Imam
Asy-Syafii
Tidak ada komentar